Saham

Saham Big Banks Merosot, BPJS Ketenagakerjaan Lanjutkan Aksi Beli Saham

Saham Big Banks Merosot, BPJS Ketenagakerjaan Lanjutkan Aksi Beli Saham
Saham Big Banks Merosot, BPJS Ketenagakerjaan Lanjutkan Aksi Beli Saham

JAKARTA - Di tengah pelemahan harga saham perbankan besar atau big banks, lembaga dana pensiun nasional seperti BPJS Ketenagakerjaan justru melihat peluang emas.

Ketika banyak investor ritel dan asing melakukan aksi jual, BPJS Ketenagakerjaan memilih strategi berbeda dengan melakukan akumulasi saham di beberapa bank berkapitalisasi besar. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa investor institusional lokal masih percaya pada prospek sektor perbankan dalam jangka panjang.

Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperlihatkan tren akumulasi signifikan oleh institusi domestik, termasuk dana pensiun lokal. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi salah satu yang paling banyak diborong, dengan kenaikan kepemilikan dana pensiun sebesar 21,65% secara tahunan (YoY) menjadi 328,5 juta saham per September 2025.

Tidak hanya BCA, dana pensiun juga memperkuat posisi pada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan peningkatan kepemilikan 15,4% YoY, di saat dana pensiun asing justru mengurangi portofolionya sebesar 9,95%. Fenomena ini menunjukkan bahwa ketika tekanan pasar meningkat, lembaga lokal justru mengambil posisi strategis untuk jangka panjang.

Saham Big Banks Merosot, BPJS Ketenagakerjaan Lanjutkan Aksi Beli Saham

Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Edwin Ridwan, menegaskan bahwa pihaknya masih aktif menambah porsi investasi di saham, terutama di sektor perbankan. Menurutnya, pelemahan harga saat ini menjadi momentum ideal untuk masuk.

“Dengan harga saham perbankan yang sedang turun, kami melihat hal tersebut sebagai kesempatan yang baik,” ujarnya kepada KONTAN pada Kamis (16/10/2025).

Edwin menjelaskan, portofolio saham BPJS Ketenagakerjaan kini mencakup sekitar 10% dari total aset kelolaan yang mencapai Rp 865 triliun. Artinya, nilai investasi saham lembaga ini berada di kisaran Rp 86,5 triliun. Saham perbankan mendominasi portofolio tersebut karena bobotnya yang besar dalam indeks utama bursa.

BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya fokus pada bank pelat merah seperti BNI atau BRI, tetapi juga bank swasta besar seperti BCA. Strategi ini tidak bersifat spekulatif, melainkan bagian dari pengelolaan portofolio jangka panjang yang menitikberatkan pada fundamental kuat dan stabilitas sektor keuangan nasional.

Dukungan Institusi Lokal Redam Tekanan Saham Big Banks

Menurut Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, aksi beli BPJS Ketenagakerjaan berperan penting dalam menjaga stabilitas pasar saham perbankan. Jika tidak ada aksi akumulasi dari lembaga lokal, tekanan jual investor asing bisa membuat harga saham big banks anjlok lebih dalam.

“BPJS Ketenagakerjaan, melalui aksi belinya, mampu menahan koreksi saham-saham perbankan agar tidak jatuh lebih dalam,” kata Ekky.

Ia mencontohkan, saham BCA sepanjang tahun 2025 telah terkoreksi sekitar 24,55% menjadi Rp 7.300 per saham. Sementara BNI mengalami penurunan sekitar 11,49% pada periode yang sama. Namun, berkat aksi beli institusi domestik, penurunan tersebut masih dalam batas wajar.

Ekky menilai daya tahan BPJS Ketenagakerjaan cukup kuat karena lembaga ini memiliki horizon investasi jangka panjang dan kapasitas dana besar yang stabil. “Penempatan dana di saham-saham bank bukan langkah spekulatif, melainkan bagian dari strategi portofolio jangka panjang,” tambahnya.

Selain potensi capital gain, saham bank juga memberikan dividen yield yang menarik, menjadikannya instrumen investasi yang menguntungkan untuk jangka panjang, terutama bagi lembaga dengan profil risiko konservatif seperti BPJS Ketenagakerjaan.

Sinyal Optimisme Pasar dan Prospek Saham Bank ke Depan

Meskipun aksi beli BPJS Ketenagakerjaan mampu menjaga kestabilan pasar, analis menilai sektor perbankan masih membutuhkan katalis tambahan, khususnya dari aliran dana asing.

Kepala Riset RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya, menyebutkan bahwa investor asing tetap berperan penting dalam mendorong reli harga saham bank besar. Ia memandang langkah BPJS Ketenagakerjaan sudah tepat untuk jangka panjang, namun untuk mendorong penguatan harga secara signifikan, dibutuhkan arus modal asing yang kembali masuk.

“Dari sisi valuasi fundamental, saham-saham perbankan sudah murah dan menarik. Tapi masih menunggu katalis,” ujarnya.

Andrey juga merekomendasikan dua saham big banks yang dinilai memiliki prospek kuat, yakni BCA dan BRI, dengan target harga masing-masing di Rp 10.260 per saham dan Rp 4.300 per saham.

Kendati kondisi makroekonomi global masih penuh ketidakpastian, prospek jangka panjang sektor perbankan dinilai tetap positif. Permintaan kredit yang stabil, efisiensi digital, serta tingkat likuiditas yang sehat menjadi alasan utama mengapa saham bank masih menjadi primadona bagi investor jangka panjang.

Langkah BPJS Ketenagakerjaan untuk terus memperkuat portofolio saham di sektor ini pun dianggap tepat, karena memberikan keuntungan ganda: menjaga stabilitas pasar dan memperoleh imbal hasil yang kompetitif di masa depan.

Strategi Akumulasi yang Cerdas di Tengah Pelemahan Pasar

Pelemahan harga saham perbankan besar justru membuka peluang bagi lembaga keuangan dalam negeri seperti BPJS Ketenagakerjaan untuk melakukan akumulasi saham secara strategis. Dengan dana kelolaan yang besar, visi jangka panjang, serta keyakinan terhadap fundamental sektor perbankan, langkah ini tidak hanya memperkuat posisi investasi lembaga tersebut, tetapi juga berperan penting dalam menjaga stabilitas pasar modal nasional.

Bagi investor, strategi BPJS Ketenagakerjaan bisa menjadi sinyal bahwa sektor perbankan Indonesia masih memiliki prospek menjanjikan. Ketika banyak yang ragu, justru lembaga besar mengambil posisi beli — sebuah langkah yang menggambarkan kepercayaan terhadap pemulihan ekonomi dan potensi rebound saham big banks di masa mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index